Rose’s Aura

black-and-white-dark-girl-paradise-favim.com-719895.jpg

CHAPTER 7. CURIOUS

Dengan enggan aku bangun hari ini. Hari ini aku akan menjalani kemoterapi ketiga. Baru dua kali merasakan kemoterapi, aku sudah sangat lelah mengalami efek sampingnya. Apalagi saat kemoterapi aku harus berbaring berjam-jam itu sangat membosankan.

Aku tidak menghabiskan makananku pagi ini. Disamping bosan, sudah lama aku juga kehilangan nafsu makanku. Marry datang setelah aku menyelesaikan sarapanku.

     “Nn. Rosalina, sudah selesai sarapannya? Aku harus segera membawamu ke ruang kemoterapi,” katanya dengan wajah tenang. Aneh. Meskipun dia perawat yang paling baik padaku, dia tidak pernah setenang ini. Aku selalu melihat wajah keengganan tersirat dari wajahnya.

     “Aku sudah selesai. Kau bisa membawaku,” jawabku sambil membereskan nampan sarapanku. Marry tidak banyak berkata apa-apa dan segera membantuku, memindahkanku ke kursi roda. Aku sempat menyambar Mr.Rebbito sebelum Marry mendorongku keluar.

       “Aku boleh membawa ini?” tanyaku sambil menunjukkan Mr.Rebbito.

       “Tentu,” jawab Marry singkat.

Sesaat setelah keluar dari kamar, kami bertemu dengan dr.Raziel. Dia datang dan menghampiriku.

    “Boleh aku yang membawanya, Marry?” tanya dr.Raziel sambil mengambil alih mendorong kursi rodaku.

       “Anda baik sekali doker,” balas Marry sambil tersenyum. Ahh..ternyata senyum tulus Marry sangat indah. Marry tampak lebih cantik dengan senyum itu. Perasaannya berubah 180 derajat dengan kedatangan dr.Raziel. Kemudian Marry menyingkir dan berjalan didepan kami.

      “Kenapa  kesini? Aku baik-baik saja dengan Marry,” tanyaku. Aku sangat senang dapat melihatnya sebelum memulai kemoterapi hari ini. Dan dia lebih tampan seperti ini, tanpa jas dokternya.

        “Hanya memastikan kau tidak kabur, Rose” kata dr.Raziel sambil tertawa. aku ikut tersenyum mendengar perkataannya. Tentu saja dia bisa memperkirakan itu karena aku sudah sangat enggan menjalani pengobatan ini. Akupun tidak tahu apa yang membuatku masih bertahan disini dan bukannya kabur.

        “Tentu saja aku tidak akan kabur, seseorang akan meminta sepasukan polisi untuk mencariku sampai ke pelosok tak terjamah bila aku kabur,” balasku.

          “Wahh..begitukah?” balas dr.Raziel.

   “Ya, sangat sangat menyebal. Dia membuatku memperlihatkan kelemahanku didepannya,” kataku lagi. Dr.Raziel tidak menjawab dan hanya tersenyum sambil menghembuskan nafas.

Ruang kemoterapi tidak terlalu jauh dari bangsalku, jadi hanya sebentar kami berjalan. Dr.Raziel hanya mengantarku sampai didepan pintu. Sebelum Marry membawaku masuk, dr.Raziel berkata, “Kau bisa mempercayakan kelemahanmu padaku, Rose. Kau bisa percaya padaku, aku tidak pernah sedikitpun berniat bohong padamu. Akan kuberikan gantinya nanti”

Aku menoleh mendengar kata-katanya. Apa maksud memberikan gantinya?

       “Bawa dia masuk, Marry” lanjut dr.Raziel sebelum aku sempat menjawabnya. Aku masih menoleh kepadanya dengan tatapn terkejut sampai pintu dibelakangku memisahkan kami.

Saat aku sudah terbaring ditempat tidur dan sudah siap menjalani kemoterapi, pikiranku melayang pada perkataan dr.Raziel. Aku mulai menduga yang tidak-tidak.

Tapi aku senang, sangat senang mendengarnya. Memang sempat ada ketegangan diantara kami beberapa waktu lalu, tapi aku mengerti kenapa dr.Raziel melakukan itu. Jelas dr.Raziel tidak mungkin memiliki niat berbohong padaku atau hanya mempermainkan kelemahanku. Dia adalah anugerah kecil ditengah  bayang-bayang kematianku. Kupikir, kali ini aku benar-benar memiliki matahari kecil untuk alasanku bertahan. Aku akan selalu tersenyum untuknya.

Berjam-jam waktu kemoterapi hanya kuisi dengan memikirkan dr.Raziel sambil memeluk Mr.Rebbito. Memeluk Mr.Rebbito selalu membuatku teringat saat berada digendongan dr.Raziel. Aku merindukan lengan kokoh yang mendekapku itu.

Saat kemoterapi selesai, aku berharap dr.Raziel akan datang menemuiku. Aku tidak peduli meskipun aku sangat kelelahan karena kemoterapi. Moodku buruk sekali keluar dari ruang kemoterapi. Jadi aku berharap dia bisa menjadi memperbaiki moodku.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam saat kembali ke kamar rawatku. Aku tak percaya bisa melewati hari ini. Mengingat aku harus menjalani ini puluhan kali lagi membuatu menghela nafas panjang. Membuatku menjadi tidak yakin dan berpikir apakah aku harusnya menyerah saja.

   “Beristirahatlah, dr.Raziel tidak akan datang malam ini,” kata Susan yang menjemputku dari ruang kemoterapi sambil membantuku berpindah ke bed. Susan seakan tahu apa yang kupkirkan.

Menyebalkan. Aku kecewa mendengar hal itu. Ada perasaan sedih karena aku sangat ingin bertemu dengannya. Ohh, aku ingat. Segera kuambil handphone setelah Susan mematikan lampu dan pergi.


To : dr.Raziel

Date :10 Maret 2017, 10.30 p.m

Malam dr.Raziel,

Aku sudah menyelesaikan kemoterapiku. Bisakah dokter jelaskan apa maksud dokter tadi pagi?

Rose.


Aku sengaja mencari alasan agar dia mau menemuiku malam ini. Tidak perlu waktu lama saat sebuah pesan balasan muncul.


To : Rosalina Luvigh

Date : 10 Maret 2017, 10.32 p.m

Siapa perawat yang berjaga malam ini? Apa dia tidak menyuruhmu istirahat dan malah membiarkanmu bermain hp? Aku pastikan akan memarahinya.

S.Raziel Vantella.


Apa kepajangan dari nama depannya? Aku penasaran.


To : dr. S. Raziel Vantella

Date : 10 Maret 2017, 10.35 p.m

Hmm..jangan marahi siapapun. Dokter yang membuatku penasaran.

Rose.


To : Rosalina Luvigh

Date : 10 Maret 2017, 10.40 p.m

Besok siang saat aku memeriksamu. Sekarang beristirahatlah atau aku akan memarahi siapapun yang masih membiarkanmu memegang hp.

S.Raziel Vantella.


To : dr. S. Raziel Vantella

Date : 10 Maret 2017, 10.42 p.m

Apa dokter tidak di rumah sakit malam ini? Kupikir dokter akan langsung memberitahuku setelah aku keluar dari ruang kemoterapi.

Rose.


Aku mulai mengantuk saat menunggu balasannya yang mulai lama.


To : Rosalina Luvigh

Date : 10 Maret 2017, 11.00 p.m

Tidur, Rose. SEKARANG!

S.Raziel Vantella.


Okey, kali ini aku menyerah dan mengikuti sarannya. Aku tak tahu kenapa mataku sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi. Aku membalas dengan sisa-sisa kesadaran yang masih ada.


To : dr. S. Raziel Vantella

Date : 10 Maret 2017, 11.02 p.m

Okay, I will. Good night.

Rose.

P.S. I want to see you.


Kegelapan melingkupiku setelah mengirimkan pesan yang kutulis dengan setengah kesadaran.

(to be continued…)

Contact me, Lily V’Aquila 🙂

Wattpad : @VAquilalily 

Twitter : @LilyVAquila 

Email : v.aquilalily@gmail.com 

Leave a comment